Cerita Tentang Baby Blues - Sebuah Fakta Yang Terabaikan
Sewaktu hamil, saya banyak membaca artikel dan sharing pengalaman mengenai baby blues. Satu yang dianggap omong kosong belaka, tapi real adanya.
Setiap membaca tentang baby blues, saya juga menginformasikan kepada suami dengan maksud dia juga belajar tentang ini.
Saya merasa sudah SIAP lahir dan bathin mempunyai anak. Saya dan suami mempersiapkan segalanya untuk kelahiran arsen. Sampai di hari arsen lahir pun, saya merasa SEMUA BAIK-BAIK SAJA.
Setelah pulang dari rumah sakit di hari kamis, saya merasa kesepian. Di rumah sakit setiap hari bergantian teman-teman dan sahabat menjenguk bahkan sampai malam. Saya merasa bahagia dan tidak terabaikan. Esokan harinya, suami saya harus masuk kerja, dan disinilah penderitaan saya dimulai.
“Saya setiap hari merasa lelah dan sangat lelah.”
Kurang tidur, harus menyusui, mengganti popok, standby tiap saat, dan sepertinya saya ngga punya kehidupan lain selain NGURUS ANAK!!
Karena rumah saya jauh, teman-teman juga ngga bisa datang untuk menjenguk. I feel so LONELY dan TERABAIKAN. Setiap hari suami saya pergi kerja saya langsung NANGIS, dia pulang kerjapun saya NANGIS. Setelah pulang kerja suami saya langsung tidur, kami even ngga ada quality time berdua macem pillow talk. Suami saya di rumah hanya menghabiskan waktu mainan handphone diteras sementara saya SENDIRIAN didalam kamar SEHARIAN.
Suami saya juga seringkali makan siang di mall, lalu sebelum pulang main dulu dengan teman-teman kantornya. Oh my gosh!! Rasanya ku ingin berkata kasar HAHAHAHA pingin banget teriakin EH GW TUH LELAH TAU GAK SIH, LO MALAH ENAK-ENAKAN DILUAR SANA!!! Tapi apalah daya, semua hanya tertahan dilidah aja. Lebih kekinya lagi bahkan suami saya sampai bilang “ya aku tuh bosen tau ngga di rumah, jadi refreshing bentar main hp”
HELLOOOWWWW!! PAKABAR GUEEEEHH!! Dari melek mata sampe merem dikamarrrr mulu, bahkan suami juga ngga bangun kalo malem anak nangis. Lah w mau nangis juga sendiri. Gw bungkus juga looo!!
Sampai akhirnya kekesalan saya memuncak. Saya kirim message ke suami isinya “gw bunuh juga nih anak lo”. Rasa sabar saya sudah ada dibatas akhir. Semua rasanya ingin saya putar kembali, menyesal karena punya anak dan saya harus berjuang sendirian, ya, literally SENDIRIAN. Belum lagi dengan omongan-omongan dari luar seperti mertua dll tentang asi amis, asinya dikit, asinya panas, asinya dingin. Come on! Itu semua MITOS!! Yang bener tuh bahwa iniloh BABY BLUES!! PLEASE HELP ME :(
Setelah saya kirim message itu, saya tidur. Saya ngga merasa apapun, saking lelahnya bahkan saya ngga sadar anak nangis, mimpi aja ngga itu pas tidur. Tiba-tiba saya bangun sudah jam 12 malam. Suami saya sudah pulang dan anak saya lagi nangis.
“Ya sejujurnya saya cuma butuh diperhatikan dan istirahat. Saya cuma butuh teman berbagi. Saya butuh teman cerita dan saya butuh suami saya untuk sharing keseharian dia agar saya merasa dihargai.”
Esokannya suami saya mengajak untuk ketemu dengan teman-teman kantor. Saya rinduuuuuu banget sama mereka. Cuma makan siang lalu pulang. Diperjalanan pulang suami saya minta saya untuk jangan khawatir dll. Dia menyadarkan saya bahwa saya ini kuat, saya ini sudah berubah dan sudah menjadi orang pilihan tuhan yang diberikan titipan anak. Ngga semua orang bisa melaluinya. Sejak hari itu saya merasa bersalah sama arsen. Karena saya ngga tau sampai kapan saya dan arsen akan terus bareng-bareng. *NULISNYA SAMBIL NAHAN NANGIS* sumpaaahhh zadddd ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Tapi... saya masih belum bisa mencurahkan sama suami sebenarnya apasih yang saya ngga suka dari dia. Barulah setelah kira-kira sebulan kemudian saya berani mencurahkan semua isi hati dan pikiran saya. And I want him to change.
Saat saya tertidur setelah mengirim message untuk suami, ternyata dia bilang sama papa dan mama juga kakak saya tentang baby blues ini. And guess what ? My parent wont understand my condition! Menurut mereka ya ngga ada tuh baby blues baby blues-an. Yasudahlah namanya juga orang tua jaman baheula. Kalau kakak saya sih paham banget tentang kondisi ini.
Kenapa yaa orang tua zaman baheula malah lebih mentingin mitos-mitos macem jangan makan ikan nanti asi amis, jangan minum es nanti asi dingin, jangan ini dan jangan ini daripada percaya bahwa baby blues does exist.
Ohiya karena baby blues yang melanda disebulan pertama saya pny anak, saya sama sekali ngga pernah mompa asi. Karena saya sudah terlanjur lelah dan saya hanya butuh istirahat. Pada akhirnya asip saya di hari pertama kerja HANYA 25 BOTOL NGGA FULL 🤣🤣
Bayangin coba, dalam 2 hari aja itu udah abis. Dan saya menggunakan sistem kejar-kejaran sampai pada akhirnya arsen harus dicampur susu formula sejak umur 4 bulan. That’s our fault (me and my husband - he aware about it, and he know exactly my sacrifice for breastfeeding)
Saya rasa kesalahannya adalah bahwa saya dan suami tidak mendalami apa itu baby blues dan kami kurang support secara moril satu dengan lainnya. Saya juga kurang mencari informasi mengenai hal-hal setelah melahirkan. Saya hanya sibuk dengan mencari barang bayi (biasa deh euforia pertama kan yeee) Seharusnya dari awal saya bergabung dengan komunitas ibu-ibu yang mempunyai nasib sama dengan saya sehingga saya mempunyai teman seperjuangan untuk berbagi. Mom supports each other right ?
Comments
Post a Comment